Jumat, 17 Desember 2010

Berdoa Rosario: Kenapa Tidak?

Oleh: Johanes Robini Marianto, O.P 
dalam tabloid Arue Review edisi Oktober 2010


Rosario, (asal kata Rosarium [Latin] atau Rose Garden/Garland of Roses [Inggris]) yang artinya untaian mawar, merupakan bagian dari devosi Katolik kepada Bunda Maria yang sudah lama mengakar pada tradisi. Doa ini mengkombinasikan baik meditasi dan doa. Meditasi pada rosario berpusat pada misteri hidup Yesus sejak pewartaan kabar Gembira sampai dimahkotainya Bunda Maria di surga. Umat Katolik menyakini bahwa Maria selalu hadir di dalam misteri hidup Yesus Kristus dan kehadiran Ibu Maria itu tidak berhenti bahkan ketika Yesus sudah mulia di surga. Standarisasi peristiwa-peristiwa Rosario dilakukan pertama kali pada abad XVI oleh Pius V dan di tahun 2002 ditambahkan 5 misteri oleh Paus Yohanes Paulus II. Adalah Paus Pius V yang menetapkan setiap tanggal 7 Oktober diperingati di dalam kalender liturgi sebagai Maria Ratu Rosario. Paus Benediktus XVI bahkan mengatakan akhir-akhir ini (3 Mei 2008) bahwa doa Rosario mengalami masa musim semi sekarang di mana banyak anak muda mulai banyak berdoa Rosario di mana-mana. Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa dengan berdoa Rosario kita sebenarnya merenungkan momen-momen penting dalam sejarah keselamatan. Paus Yohanes Paulus II sebelumnya dalam Ensiklik Rosarium Virginis Mariae mengatakan bahwa dengan masuk dalam “Sekolah Maria,” di mana Rosario merupakan salah satu “pelajaran” doa dan meditasi di dalam Sekolah Maria, kita diajak semakin meniru Bunda untuk menjadi murid-murid Yesus yang sejati. Pandangan ini bukanlah hal baru karena Rosario merupakan partisipasi di dalam hidup Bunda Maria yang intinya focus pada Hidup Yesus. Paus Leo XIII yang sering disebut Paus Rosario bahkan mengatakan Rosario adalah sarana yang utama bagi umat Katolik untuk partisipasi dalam hidup Maria sehingga menemukan jalan yang sejati menjadi murid-murid Yesus.

Sejarah Rosario
Menurut tradisi Rosario diberikan oleh Bunda Maria kepada Santo Dominikus dalam sebuah penampakkan di tahun 1214 di Gereja Prouille (Perancis Selatan). Kemudian pada abad XV devosi ini diperkenalkan secara luas oleh Beato Alanus de Rupe OP yang menulis tentang 15 janji Rosario dan mendirikan Persekutuan/Persaudaraan Roario. Sekarang riset yang mendalam mengatakan bahwa tradisi “doa Rosario” mengandaikan perkembangan sebelum Santo Dominikus sendiri. Mengenai meditasi di setiap untaian Rosario adalah Dominikus dari Prussia (lain dari Sto. Dominikus) (rahib kartusian) yang pertama mempopulerkannya. Akhirnya di tahun 1568 Pius V dengan surat resmi Consueverunt Romani Pontifices menetapkan doa Rosario sebagai doa resmi bagi Gereja Katolik dalam hal devosi Maria. 
Kita juga mengenal apa yang disebut “Novena Rosario 54 hari” yang tidak lain adalah selama 27 hari berdoa Rosario untuk meminta rahmat Tuhan melalui Bunda Maria dan 27 hari berikutnya berdoa Rosario untuk berterima kasih kepada Tuhan untuk karunia yang didoakan. Percaya atau tidak, banyak yang mengalami mukjizat melalui “Novena 54 hari Rosario.” Novena ini pertama kali muncul karena seorang yang suster OP Fortuna Agreli mengalami sakit yang luar biasa dan dia mohon pertolongan Bunda Maria. Pada tanggal 3 Mei 1884 dan di dalam penampakkan itu tampak Bunda Maria duduk di tahta dengan bayi Yesus di pangkuannya dan dua orang kudus Ordo Dominikan yaitu St. Dominikus dan Sta. Katarina Sienna menerima Rosario dari Bunda Maria. Bunda Maria meminta dia memanggil Bunda dengan title Ratu Rosario dan mendoakan “Novena Rosario 54 hari” tersebut. Alhasil suster itu sembuh dari sakitnya total.
Merupakan tradisi juga banyak umat memakai Rosario sebagai sebagai penganti kalung, membawanya ke dalam kantung celana atau menggantungnya di mobil sebagai bagian dari devosi kepada Ibu Maria dan memohon pertolongan Ibu Maria. Hal ini tidaklah menyalahi aturan asal tidak menempatkan Rosario di tempat yang tidak layak denga intense untuk sakrilegi (pelecehan). Banyak orang kudus bahkan menjadikan Rosario sebagai kalung yang selalu dibawa di mana-mana.
Rosario rupanya tidak hanya dipakai oleh orang Katolik. Pihak Anglikan pun, meski di dalam liturgi mereka tidak mencantumkan devosi kepada Maria, namun anggotanya bebas untuk secara pribadi devosi kepada Bunda Maria. Banyak dari mereka tetap mendoakan Rosario seperti yang kita lakukan. Mereka kalau mendoakan Rosario sering menggunakan hanya 15 misteri yang sudah ada sejak lama tanpa menambahkan Misteri Cahaya yang baru tahun 2002 dimasukkan dalam peristiwa Rosarion oleh Yohanes Paulus II. Gereja Anglikan juga mempunyai rosarionya sendiri yang hanya 7 biji untaian Rosario dengan hanya 4 kali 7 untaian dan mereka sebut Rosario gereja Anglikan atau nama lainnya “Rosario 4 Minggu gereja Anglikan.”  Dalam gereja Lutheran pun Rosario masih digunakan meski dengan format yang sama dengan rosarion kita namun ada beberapa yang beda. Doa yang dibuka dengan Salam Maria diganti dengan Doa Yesus dan Salam Maria hanya digunakan pada akhir sebuah meisteri didoakan dengan menghilangkan kalimat “Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.” Bagian ini dihilangkan dan diganti kadangkala dengan Magnificat atau Pujian Kepada Maria yang dikarang oleh martin Luther. Rosario juga digunakan di Gereja Ortodoks hanya dengan maksud berbeda. Dahulu banyak pertapa yang masuk biara tanpa pendidikan sehingga mereka tidak bisa membaca dan menulis. Akibatnya mereka yang tidak melek-huruf tidak bisa mendaraskan Mazmur. Sebagai gantinya mereka diminta mendaraskan Rosario dengan 15 perisitwa sehingga menyamai Mazmur yang berjumlah 150 mazmur.

Arti berdoa Rosario?
Berdoa Rosario sebenarnya bukan pertama-tama berdoa kepada Bunda Maria melainkan berdoa kepada Tuhan bersama dan dengan perantaraan Bunda Maria yang bagi kita merupakan Bunda. Yang kita renungkan di dalam semua misteri Rosario adalah sejarah keselamatan mulai dengan pewartaan kabar gembira kepada ibu Maria sampai kemuliaan Yesus di surga yang menyertakan Ibu-Nya. Tidaklah berlebihan kalau Paus Paulus VI mengatakan bahwa Rosario adalah compendium (ringkasan) Injil karena di dalam semua peristiwa itu kita melihat Injil direnungkan. Paus Yohanes Paulus II malah mengatakan di dalam berdoa Rosario kita sebenarnya “belajar bersama Maria” di dalam “Sekolah Maria” sehingga kita bisa menjadi murid Tuhan Yesus yang sejati seperti Maria yang merupakan murid Tuhan yang paling unggul. Sejak Konsili Vatikan II Gereja mengajarkan bahwa Maria adalah model bagi semua orang beriman. Maria adalah model orang yang beriman, yang rendah hati dan selalu terbuka kepada rahmat Tuhan, beliau juga model murid yang setia sampai akhir meski mengalami jatuh-bangun. Maka dalam devosi kepada Maria pada umumnya kita sebenarnya mencoba meminta bantuan Ibu kita agar kita menjadi murid Yesus yang baik sebagaimana Beliau telah menjalaninya dengan baik sebagai murid Yesus. Tidak mengherankan semua peristiwa Rosario adalah tidak lain peristiwa Yesus. Kita justru diajak dalam di dalam Rosario merenungkan hidup Tuhan Yesus dan bersama Maria selalu menjadi murid yang setia mengikuti Yesus. Sebagaimana Ibu Maria selalu hadir dalam setiap hidup Yesus yang penting kita diharapkan juga dengan bantuan ilahi Bunda Maria serta meneladani Beliau kita bisa seperti Ibu yang selalu hadir sebagai murid dalam hidup Yesus.
Tentu di sisi lain sebagai manusia yang unggul Ibu Maria sebagai Bunda Tuhan dan Bunda Yesus mempunyai perananan yang istimewa dalam hidup menggereja termasuk hidup kita. Peranan yang paling istimewa tentu berkat rahmat khusus Tuhan Maria melahirkan penebus ke dunia. Kita juga meminta agar melalui perantaraan Bunda Yesus “dilahirkan” di dalam hidup kita. Sebagai Ibu yang baik tentu Bunda Maria tidak berhenti mendoakan kita. Kita juga meminta supaya Ibu yang baik selalu mendoakan kita di hadapan Tuhan sehingga kita mendapatkan segala karunia kehidupan yang kita butuhkan. Dan Rosario adalah satu cara memohon pertolongan Ibu Maria agar permohonan kita dikabulkan Tuhan.
Selalu ada salah kaprah dikatakan bahwa orang Katolik menomorduakan Yesus dan membuat Maria setingkat dengan Yesus. Ini argument kuno/klasik yang berulang-ulang diterangkan kepada pihak non-Katolik namun selalu pihak luar tidak mau mengerti. Devosi kepada Maria adalah devosi untuk menjadi murid Yesus dalam “Sekolah Maria,” artinya menelandani Maria menjadi murid Yesus yang sejati. Maka peristiwa Rosario tidak lain adalah hidup Yesus. Pusat doa Rosario adalah renungan akan misteri hidup Tuhan Yesus di mana Maria sebagai Ibu selalu hadir dan setia sebagai murid. Kita bukan berdoa kepada Maria. Yang kita lakukan adalah memohon kepada Tuhan melalui Maria yang selaku Ibu selalu tetap mendoakan kita anak-anaknya.  Hal ini tidaklah aneh. Di dalam hidup kita di dunia kita sering meminta orang untuk mendoakan kita: “Halo teman…tolong doakan saya mau ujian ya,” begitu kadangkala kita meminta teman kita mendoakan kita. Apakah tidak wajar kalau kita meminta juga Bunda Maria yang mulia dan bahkan Ibu Tuhan mendoakan kita di mana kenyataan bahkan kita meminta teman kita mendoakan kita? Hal yang normal bukanlah sesuatu yang harus dianggap abnormal. Maka dari itu salah kaprah yang selalu diucapkan berulang-ulang hendaknya tidak usah menjadi halangan bagi kita orang Katolik untuk kurang berdevosi kepada Ibu Maria. Kata Paus Yohanes Paulus II adalah benar: “Hendaknya diakui bahwa ada komunitas Kristen selain Katolik yang kurang-lebih mendapatkan pengalaman tradisi devosi kepada Maria.” Devosi kepada Bunda adalah tradisi yang karena pengalaman tertentu mengenai kehadiran Ibu Maria dalam Gereja. Gereja Katolik mengalami banyak kehadiran Maria dan perlindungan serta doanya. Itulah sebabnya Gereja Katolik menghormati Ibu Maria sangat. Mungkin Gerea lain tidak mempunyai tradisi pengalaman yang sama. Namun kita berbahagia bahwa kehadiran Ibu Maria selalu kita alami sepanjang hidup gereja. Berbahagialah yang mengalami dan semoga yang lain semakin mengalami kalau tidak menutup diri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar