Tribun Pontianak, Selasa 15 Juni 2010
Gelar Budaya Dayak 2010 di Bentara Budaya Kompas, Jakarta, 10-13 Juni, disambut gembira oleh kalangan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar. Ketua DAD Kalbar, Yakobus Kumis, menilai luar biasa ide yang muncul justru bukan dari kalangan internal Dayak tersebut.
Saya sangat menyambut positif sekaligus bangga. Kegiatan besar ini justru digagas kelompok pemerhati budaya, yakni sebuah yayasan milik Ordo Dominikan," ujar Yakobus kepada Tribun di Pontianak, Senin (31/5). Terlebih lagi, kegiatan ini digelar di level nasional, sehingga semakin membuka kesempatan orang banyak mengapresiasi seni dan budaya Dayak Kalbar, yang selama ini banyak belum terekspos. Dan untuk melakukan kegiatan ini, tidaklah semua orang bisa.
Yayasan Santo Martinus de Porres bersama sejumlah tokoh Dayak Kalbar sengaja ingin menampilkan keindahan dan keunikan budaya ini dari Jakarta.
Apa saja seni dan budaya Dayak Kalbar, yang bakal di gelar? Di antaranya, kain-kain khas Dayak Kalbar yang diran-cang dengan desain bernuasa modern. Semakin lengkap dengan penampilan aneka permainan rakyat, kuliner khas Dayak, cerita rakyat, serta peluncuran buku tentang Dayak Kalbar.
Warga Ibu Kota berkesempatan menyaksikan bagaimana proses pembuatan madu hutan maupun minuman tradisional tuak. Karena proses dan cara-caranya akan didemonstrasikan tahap demi tahap. Itulah di antara gambaran, bagaimana acara ini akan ditampilkan.
"Mereka mengakomodir setiap potensi dan jenis budaya yang penting diapresiasi sampai tingkat nasional, bahkan internasional. Ini bukan pekerjaan mudah, karena selain perlu kemampuan mengorganisir, juga soal biaya," sambung Yakobus.
la secara khusus menyoroti tentang kain khas Dayak jang nanti ditampilkan. Menurut Yakobus, ada tiga hal terkait corak atau motif kain tradisional ini. Pertama, corak itu unik karena mengadopsi alam sekitar kehidupan orang Dayak. Itu sebabnya muncul motif bunga pakis, rebung, sampai burung enggang. Kedua, motif ini tiada duanya karena kekhasan tersebut tak akan ditemukan di belahan dunia manapun. Ketiga, ada nuansa religius dalam setiap motif tersebut. Masing-masing memiliki makna yang hanya bisa dipahami, oleh kalangan orang Dayak sendiri, dan ini menarik untuk diperkenalkan ke publik.
'"Kalau orang sudah mengenal secara utuh kain-kain khas Dayak, ini akan jadi pangsa pasar nasional dan internasional. Tinggal apakah orang Dayak mau memanfaatkan peluang ini dari aspek ekonomisnya," kata Yakobus. (severianus endi/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar