Tribun Pontianak, Rabu, 2 Juni 2010
Religiusitas etnis Dayak yang dekat dengari alam menyadarkan manusia modern tentang perlunya merenungkan kembali spiritualitas kosmis. Spiritual kosmis maksudnya, orang bisa "sampai" kepada Tuhan melalui alam.
Religiusitas etnis Dayak yang dekat dengari alam menyadarkan manusia modern tentang perlunya merenungkan kembali spiritualitas kosmis. Spiritual kosmis maksudnya, orang bisa "sampai" kepada Tuhan melalui alam.
Pastor Johannes Robini Marianto OP, satu di antara pengagas Gelar Budaya Dayak di Bentara Budaya Jakarta 10-13 Juni, menuturkan kegiatan ini digelar dengan semangat memperkenalkan budaya Dayak, yang notabene satu di antara komponen budaya Kalbar, ke level nasional.
"Mungkin ke depan kalau bisa budaya lain (selain Dayak). Promosi budaya kami butuh dana besar. Kali ini kita menghabiskan kurang lebih Rp 200 juta, kebetulan banyak pihak di Jakarta pengen mengenal lebih dekat budaya Dayak. Mereka mau menolong kami mewujudkan acara ini," tutur Robini.
Sejumlah tokoh ibu kota yang bersedia menjadi sponsor mengaku tertarik dengan "misteriusnya" budaya Dayak. Ternyata mereka relatif kurang mengenal budaya Dayak, sehingga tergerak membantu pendanaan. Robini yang kelahiran Pontianak ini menyadari benar betapa kekayaan budaya dan seni daerah ini masih harus diperjuangkan agar bisa diapresiasi secara lebih luas.Seperti, batik khas bermotif Dayak yang bernuansa alam itu, sangat disayangkan jika hanya beredar di tingkat lokal.
"Bukankah bagus kalau diperkenalkan kepada publik nasional. Jadi, nantinya batik etnis Dayak menjadi satu kosakata dipikiran publik luas. Bukan soal promosi, tapi stimulus bagi industri kerajinan batik lokal," ujarnya.
Acara ini ini diselenggarakan oleh Yayasan Santo Martinus' de Porres bersama sejumlah tokoh lokal dari ibu kota. Yayasan ini milik Ordo Dominikan di Indonesia. Dulu, Robini pernah mengepalainya dan sekarang digantikan Pastor Andreas Kurniawan OP.
Yayasan ini berdiri pada 22 Juni 2006, tepat ketika Ordo Dominikan mulai berkarya di Pontianak. Aktivitasnya mendirikan lembaga dialog lintas agama dan lintas etnis, menyekolahkan sejumlah kecil orang sampai ke Pilipina.
"Kami menemukan unsur penting budaya Dayak Kalbar, yakni kedekatan dengan alam. Nilai filosofi kedekatan dengan alam ini bisa menjadi pengingat bagi semua orang tentang spiritualitas kosmis atau alam. Via natura ad Deutn, melalui alam sampai kepada Tuhan, dan ini sungguh ada," papar Robini. Berhadapan dengan situasi modern, bahkan pengrusakan lingkungan hidup, nilai filosofi budaya Dayak Kalbar bisa menjadi penyeimbang.
Selain itu Gelar Budaya Dayak Kalbar ini dinilai sebagai kesempatan yang tepat untuk pengenalan secara detail dan langsung karena dilengkapi demonstrasi membuat madu hutan, misalnya. Selain, tentunya, praktik menenun kain, membatik,permainan tradisional, kuliner khas Dayak, dan peluncuran buku budaya.
"Orang bisa melihat langsung, bukan 'kata orang' atau imajinasi semata tentang Dayak. Generasi muda pun kami harapkan bisa menghargai kearifan lokal, melalui acara ini," Robini.(severianus endi/ bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar