Jumat, 22 Oktober 2010

Busana Dayak Tampil di Jakarta

Tribun Pontianak, Senin, 3 Mei 2010

PONTIANAK, TRIBUN - Sejumlah tokoh Dayak Kalbar bekerja sama dengan Yayasan Santo Martinus de Porres, tengah mempersiapkan satu even besar di Jakarta. Kegiatan tersebut bertajuk Gelar Budaya Dayak 2010, yang diselenggarakan di Bentara Budaya, Jakarta, 10-13 Juni mendatang. 

"Kegiatan ini kami buat, untuk menepis salah paham dan persepsi yang tidak benar mengenai suku Dayak. Juga sekaligus bentuk promosi Visit Kalbar 2010," kata Ketua Panitia Gelar Budaya Dayak 2010, F Plorus, Minggu (30/5). 

Yayasan Santo Martinus de Porres, merupakan lembaga pendukung karya-karya Ordo Dominikan di Indonesia. Di antara tokoh Dayak yang berperan serta seperti Adrianus Asia Sidot, yang saat ini menjabat Bupati Landak. 

"Budaya Dayak itu kaya akan cita rasa seni dan budayanya. Bukan hanya itu, kearifan lokal orang Dayak sudah turun-temurun, bisa menjadi pilihan kebijaksanaan hidup bagi semua orang," tutur Adrianus. Adrianus sendiri membuat lagu ala Dayak, bahkan menghasilkan karya rancangan batik Dayak khas Landak. Pada Gelar Budaya Dayak 2010 nanti, bakal ditampilkan asesoris dan hasil kerajinan tangan khas daerah ini. Diantaranya, kain, batik Dayak baik tenun maupun cetak, cerita rakyat Dayak, permainan ala Dayak, dan kuliner khas Dayak. Sekaligus dilakukan peluncuran tiga buah buku. Masing-masing buku mengenai Gubemur Pertama Kalbar, Oevang Oeray. Buku ini ditulis Pastor Andreas Kurniawan OP bersama timnya. Berikutnya, buku mengenai religiusitas orang Dayak karya Pastor Benediktus Benik Pr, seorang imam asli Dayak. Buku berikutnya dalam format coffee table book berjudul Religiusitas dan Eksotisme Orang Dayak Kalimantan Barat, hasil karya Florus bersama timnya.



Aneka busana berbahan dasar kain khas Dayak, ditampilkan sebagai hasil karya perancang muda dari Jakarta, Clara Niken Asterina. Kosepnya menampilkan corak nilai tradisional yang dikemas dan dipadu, dengan disain modern. 

Even yang sengaja digelar di ibu kota ini, ingin mengimbangi stigma yang masih saja dilekatkan pada orang Dayak. Seperti, orang Dayak miskin, bodoh dan tertinggal, peladang berpindah, perusak hutan, dianggap penganut animisme atau atau menyembah pohon atau batu besar. 

"Kegiatan yang kami buat ini merupakan perayaan syukur atas kemajemukkan Indonesia. Semuanya menjadi mosaik yang memperindah nusantara," kata Ketua Yayasan Santo Martinus de Porres, Pastor Andreas Kumiawan OP. Acara ini didukung banyak tokoh pentihg Kalbar, diantaranya Stevanus Buan, Thomas Ariston, Al Rufinus. Juga ikut serta tokoh birokrat, selain Adrianus juga ada Wakil Bupati Kubu Raya Andreas Muhrotien, dan Y Kartius, yang mengepalai satu biro di Pemprov Kalbar. Kegiatan ini pun tak lepas dari dukungan Uskup Agung Pontianak Mgr. Hieronymus Bumbun OFM Cap, yang merupakan uskup pertama putera Dayak Kalbar. Tokoh di ibukota pun tak ketinggalan berperan serta, misalnya bertindak sebagai penashat Letjen (Pum) Kiki Syahnakri, Surya G Widja-ja, Nico Krisnanto, Hari Sasono, Alexander K Taslim, dan Tom my Soekiato Sahjoto. (end)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar