Minggu, 16 Januari 2011

Bupati Sekeluarga Jadi Model

Tribun Pontianak, 13 Juni 2010

Orang jakarta menjadi terbuka sekaligus takjub, ternyata ada kalin bernilai seni dan budaya tinggi dari Kalbar.


PONTIANAK, TRIBUN - Pria berbusana batik yang dido-minasi warna hitam dipadu biru itu, melangkah agak kaku di catwalk. Di sisi kirinya, sang istri yang mengenakan batik dominasi warna biru, men-dampingi dengan berusama memadu langkah. 

Suasana Jumat (11/6) malam di Bentara Budaya Palmerah, Jakarta, memang beda dari biasanya. Ada iven unik seka-ligus langka sedang digelar di sana. "Sesekali dong saya jadi pragawan. Tak hanya sekadar mengurus asset daerah," ujar priaitukepadaTnfr«7i, Sabtu (12/ 6), dihubungi dari Pontianak. 

Pria itu, Kartius, Kepala Biro Asset Pemprov Kalbar, didau-lat menjadi pragawan pada Gelar Budaya Dayak Kalbar 2010 yang digelar di ibukota. la didampingi istrinya, Yuliana, dan putrinya Eta Yuliatika.. 

Iven itu digelar oleh Yaya-san Santo Martihus de Porres bersama sejumlah tokoh Da­yak Kalbar. Bertajuk Gelar Budaya Dayak 2010, acara ini digelar pada 10-13 Juni. 

Yayasan Santo Martinus de Porres, merupakan lembaga pendukung karya-karya Ordo Dominikan di Indonesia. Bagaimana perasaan Kartius me­langkah di atas catwalk? 
"Wah, agak kaku rasanya. Canggung juga, karena tak pernah menjadi pragawan. Lagj pula, saya kan bukan model profesional, dan hanya sempat, erlatih alakadarnya," ucap Kartius disambung tawa kecil Kartius tak sendiri. Bupati Landak, Adrianus Asia Sidot, juga ikut menjadi pragawan. Mengenakan batik warna or­ange dipadu celana cqkelat, or­ang nomor, satu di Landakini melangkah pasti didampingi istri dan dua putrinya. 

Sang istri mengenakan ata» san warna senada dengan sua-minya, dipadu bawahan kain tenun khas Sintang. Kedua putri mengenakan busana je-nis gaun yang semarak dengan aneka motif khas Dayak. 

Para pejabat tersebut se-ngaja dijadikan ikon peragaan busana pada kesempatan itu. Tak pelak, publik Jakarta yang terdiri atas masyarakat biasa, para wartawan, dan pelaku bisnis konvensi, takjub dengan suguhan itu. "Setelah saya tu-run dari panggung, banyak yang heran. Kok bukan model profesional yang jadi pragawan dan pragawati?" ujar Kartius. 

Ketua Panitia Gelar Budaya Dayak 2010, Paulus Florus, menuturkan, sambutan publik ibu kota cukup-pqsitif. "Orang Jakarta menjadi teirbuka, se­kaligus takjub, ternyata ada kairi bernilai seni dan budaya tinggi dari Kalbar. Selama ini, mereka hanya mengenal batik Yogya dan Solo, misalnya," ujar Florus kepada Tribun.  

Kain khas Dayak Kalbar ini unik dan tergolong langka. Terlebih, penampilan di Jakarta belum pernah ada. "Beberapa pengunjung mengatakan kain khas Dayak ini memang unik. Perbedaanny a dengan kain lainr nya, batik Dayak dimodifikasi dengan pola tenunan, sehingga ciri tradisionalnya tetap ter-lihat," papar Florus. (end)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar