Borneo Tribun 29 September 2008
Oleh: Johanes Robini Marianto, O.P.
Sudah lama pendapat beredar bahwa kapitalisme selalu menganggungkan "private-interest" (kepentingan [bisnis] pribadi) daripada kepentingan umum. Pendapat ini selalu menda-patkan pembenaran dari pembacaan baik realitas maupun dari akar kapitalisme itu sendiri yaitu teori Adam Smith.
Namun akhir-akhir ini ternyata banyak perkem-bangan baru yang sudah mulai sebenarnya dari teori ekonomi itu sendiri (mis. J.M. Keynes yang mengu-sulkan intervensi pemerin-tah dalam kebijakkan ekonomi) maupun praktek masa kini. Banyak yang menyebutnya kapitalisme yang sudah direvisi atau kapitalisme berwajah sosial.
Namun sebenarnya kenyataannya bukan terletak di istilah tetapi ada perkembangan pemikiran bahwa perkembangan ekonomi manapun tidak akan bertahan dan berke-lanjutan apabila tidak memperhatikan sisi sosial, mis.
Lingkungan hidup, etika bisnis dan aspek keadilan sosial. Bahkan akhir-akhir ini terbit karya Smith yang diedit secara modern yang berbicara justru bahwa Adam Smith takut akan kegiatan ekonomi tanpa regulasi dan dibiarkan lepas sesuai dengan hukum penawaran-permintaan.
Dia bahkan takut akan perusahaan besar yang bisa saja melobi penguasa sehingga secara tidak adil menghancurkan lainnya hanya karena kekuatan ekonomi perusahaan-perusahaan besar/raksasa tersebut (Alan B. Kruger, "Introduction" di dalam Adam Smith, The Wealth of Nations, New York: Bantam Dell, 2003, hal. xi-xii).
Baru-baru ini terbit sebuah buku yang menarik yang membahas berbagai perusahaan multi-nasional raksasa terlibat di dalam usaha filantropi (kemanu-siaan) dan bahkan mema-sukkan unsur filantropi ke dalam kebijaksaan atau struktur perusahaan itu sendiri (Marc Benioff, The Business of Changing the World: Twenty Great Leaders on Strategic Corporate Philanthropy, New York: McGraw Hill, 2006).
Kita bisa ambil beberapa contoh perusahaan yang menerapkan strategi filantropi ke dalam korpo-rasi mereka. HASBRO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang mainan (termasuk POKEMON) di tahun 1983 mendirikan sebuah Yayasan (Hasbro Charitable Trust) dan setiap tahunnya mendonasikan sekitar US 1.5 juta dan jutaan maninan untuk anak-anak di dunia di tempat perusahaan itu beroperasi.
Dan di tahun 1954 sebuah yayasan didirikan lagi (Hasbro Children's Foundation) mendonasikan sekitar US 42 juta kepada banyak sekali institusi kemanusia an di seluruh dunia. Dan yang paling menaril adalah di tahun 1994 mereka mendirikan Hasbro Children's Hospital di Rhode Island, Providence, USA yang modal awalnya diberikan oleh Hasbro.
Kalau ditanya kenapa pemiliknya berbuat demikian dia mengatakan bahwa selain sukses perusahaannya karena kerja keras, mereka secara moral berhutang budi pada semua keluarga dan anak-anak di dunia. Maka tepatlah mereka mengem-balikan sebagian keun-tungan mereka kepada pasar" mereka, yaitu anak anak di seluruh dunia. UPS adalah sebuah perusahaan jasa pengirim-an. Sebelum tahun 1951 mereka mendirikan Casey Foundation yang asetnya sekarang US 3 trilyun untuk membantu keluarga dan anak-anak yang kurang mampu.
Dan di tahun 1951 mereka mendirikan UPS Foundation yang berusaha memberikan kembali sebagian keuntungan mereka untuk masyarakat. Di tahun 1984 mereka telar mendemsikan sekitar V: 40 iuta untuk semua organstsas: Kemanusiaan seluruh dunia.
Bukan hanya itu, mereka"" bahkan mempunyai program pengabdian masyarakat di mana semua karyawan mereka wajib untuk kerja sosial demi masyarakat di mana merek; ada sebanyak 13,000 jam kerja membantu pemba-ngunan rumah untuk oram miskin di Filipina, Nigeria dan di Belgia. Bagi UPS bisnis bukan sekedar hanya bisnis tetapi membuat jaringan/koneksi manusia dan budaya.
Timberland sebuah pabrik sepatu raksasa juga membuat hal yang sama. Filosofi bisnis mereka adalah mengintegrasikan keadilan sosial di dalam bisnis sehingga mereka mempunyai apa yang disebut"Code of Conduct" (Aturan Main) di dalam bisnis yang diterjemahkan di dalam 20 bahasa di dunia.
Mereka juga menjaring rekan untuk kerjasama kemanusiaan bahkan karyawan mereka juga harus mendedikasikan waktu kerjanya untuk proyek kemanusiaan (330,000 jam telah mereka lalui untuk pelayanan sosial kemasyarakatan dari setiap karyawan Timber-land). Masih banyak yang bisa dibaca lagi di dalarr. buku tersebut misalnya dari perusahaan-perusaha-an yang kita kenal baik: Levi Strauss & Co, INTEL. Starbucks, dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar