Dalam Arue Review edisi 4 Januari 2011
Ordo Pewarta atau yang lebih dikenal sebagai Dominikan lahir tahun 1216. Pendiri Ordo Pewarta adalah Santo Dominikus seorang yang terlahir berbangsa Spanyol di daerah Calereuga. Konteks kelahiran Ordo Pewarta tidak bisa dilepaskan dari konteks Abad Pertengahan.
“Renaissance” Abad Pertengahan melahirkan beberapa hal. Pertama adalah munculnya masyarakat sipil yang kurang-lebih mau independen dari pengaruh Gereja dan ditopang oleh perkembangan ekonomi yang melahirkan kelas menengah yang cukup berduit waktu itu. Kelompok menengah ini merasa Gereja cukup mendominasi dalam segala bidang, termasuk politik, sehingga mau mencoba menghidupi sebuah cara hidup yang agak beda di mana kebebasan dan kreativitas mulai dijunjung tinggi. Hal kedua seiring timbulnya kelas menengah adalah hidup intelektual yang mulai bagus dari pihak rakyat kebanyakkan sehingga pendidikan bukan didominasi oleh kaum klerus (imam). Hal ini berkat pengaruh kelahiran kembali minat-minat akan karya-karya Filsafat Yunani yang diakui ditemukan dan diterjemahkan berkat para Filsuf Arab. Karya yang cukup berpengaruh waktu itu adalah Aristoteles. Banyak kelompok yang bukan klerus (hirarki) yang mulai independen mencari ilmu sehingga pendirian Universitas terjadi di era ini yang bukan lagi ditangani para imam melainkan oleh “Pemda” yang notabene adalah awam. Efek negatifnya adalah timbulnya gerakan intelektual yang menyimpang dari ajaran resmi Gereja (bidaah). Bidaah yang terkenal waktu itu adalah Albigensian di mana karena pengaruh dualism Filsafat Yunani mereka percaya: (a) Tuhan menciptakan dua kenyataan yang beda dan saling berperang di dunia ini memperebutkan pengaruh yaitu “Yang Baik” dan “Yang Jahat,” (b) dunia yang kelihatan serta badaniah dengan segala kesenangan duniawi yang baik adalah jahat termasuk pernikahan, (c) “Free Thinker” atau pemikir bebas yang tidak percaya lagi akan otoritas Gereja. Hal ketiga yang memperparah keadaan adalah keadaan dalam tubuh Gereja sendiri yaitu minimnya pendidikan para klerus saat itu serta gaya hidup para imam saat itu yang karena masuknya di dalam urusan sipil terlalu banyak sehingga lebih sebagai pejabat kaya daripada melaksanakan nasehat-nasehat keserdehanaan Injil. Dalam konteks itulah di mana adanya perubahan masyarakat “rural” (pedesaaan) ke “urban” (perkotaan) serta ketidaksiapaan tubuh internal Gereja karena minimnya pendidikan tinggi para imam dan gaya hidup yang tidak cocok dengan Injil membuat Gereja cukup krisis. Dalam konteks inilah Dominikus lahir dan berkarya.
Dominikus pertama-tama ingin Ordonya adalah sebagai pewarta. Pewarta yang macam bagaimana? Inspirasi utama Dominikus adalah Luk 9: 1-6. Dalam Luk 9: 1-6 dikisahkan para rasul dikumpulkan oleh Yesus sebagai sebuah komunitas pewarta. Mereka mewartakan berkeliling serta tidak punya apa-apa (kemiskinan Injili). Gaya hidup yang Injili ini merupakan sebuah jawaban terhadap situasi di mana Gereja dilihat kehilangan kredibilitas dalam menjalani hidup sederhana yang justru dikritik oleh para bidaah. Para bidaah berani untuk hidup miskin sehingga banyak orang mengikuti mereka. Bidaah jaman itu punya banyak pengikut karena kredibilitas kesaksian hidup mereka. Maka kembali kepada aturan hidup para Rasul merupakan jawaban pertama terhadap situasi waktu itu. Kelompok Pewarta yang didirikan oleh Dominikus diperintahkan oleh dia untuk menjadi pewarta yang mempunyai juga kapasitas intelektual yang memadai atau lebih sehingga bisa berdialog membawa kebenaran (Veritas) kepada para intelektual jaman itu sehingga membersihkan pikiran mereka yang salah (bidaah). Maka dari itu sejak awal mula Dominikan dekat dengan dunia intelektual dan studi dan di dalam aturan hidup Dominikan hidup studi/intelektual merupakan salah satu pilar hidup Ordo Dominikan. Studi yang baik tentang iman dan Kitab Suci serta ilmu-ilmu yang lain diharapkan bisa membantu para Dominikan siap untuk mewartakan dan erlibat dalam dialog bahkan debat untuk membawa umat kepada kebenaran Injili. Maka tidak mengherankan Dominikus sejak awal mengirim para saudara Dominikan membuka biara di dua kota besar di Eropa yang terkenal dengan hidup intelektualnya yaitu Paris (Universitas Paris) dan Bologna Italia (Universitas Bologna). Perintahnya yang terkenal adalah demikian: “Pergilah ke kota, belajarlah di sana, didirikanlah biara, berkhotbahlah di sana dan rekrutlah panggilan.” Tidak mengherankan sejak hadir di dua kota besar itu selama 10 tahun banyak mahasiswa menjadi anggota Dominikan dan melahirkan tokoh intelektual seperti Albertus Agung dan Thomas Aquinas.
Setelah hampir 800 tahun berdirinya Dominikan sejak tahun 1977 diputuskan untuk mengabdi Gereja dan masyarakat, Dominikan mengambil 4 prioritas utama dalam kerasulannya: media massa, keadilan dan perdamaian (Justice and Peace), pendidikan tinggi dan dialog akademis serta antar agama dan penginjilan. Keempat prioritas ini dilihat oleh Dominikan sebagai “Frontiers” (garis depan) yang masih harus digarap oleh Gereja.
Gereja perlu terlibat dalam dunia media massa karena dengan perkembangan tehnologi dan komunikasi banyak ide baik dan nilai-nilai Injili bisa disebarakan melalui peranan media komunikasi. Di dalam tubuh Ordo Dominikan sendiri terdapat satu posisi pelayanan yaitu Promoter Jendral (sebutan untuk pemimpin umum di Roma) untuk Internet. Diakui atau tidak internet merupakan dunia baru sejak globalisasi dan sangat berpengaruh. Generasi akhir abad XX dan permulaan abad XXI adalah generasi internet. Survey terakhir mengatakan ada 45 juta netizen (pengguna internet rutin) di Indonesia dan Indonesia adalah pemakai Facebook nomor tiga di dunia. Hal ini menunjukkan komunikasi internet sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas sebagian besar masyarakat Indonesia. Bukan hanya itu, kita bisa melihat bagaimana komunikasi public melalui TV sudah lebih berpengaruh daripada pendidikan tradisional (keluarga dan sekolah). Ruang public yang besar dan luas di dunia internet dan komunikasi merupakan lahan tersendiri buat pewartaan. Menarik bahwa ordo Dominikan adalah ordo pertama Gereja Katolik yang mempunyai universitas online (Internet University) yang bernama DOMUNI. Universitas online ini melayani banyak mahasiswa di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri karena menyadari pentingnya media para Dominikan mencoba mendirikan agency news online yang bernama PENA INDONESIA dan tabloid cetakan ARUE bersama dengan para awam Dominikan.
Hal kedua yang perlu dikembangkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang merupakan bagian dari perjuangan Justice and Peace (JP). Banyak orang melihat pelayanan JP hanya terbatas pada advokasi di mana ada ketidakadilan. Padahal yang lebih penting adalah pengembangan social ekonomi dan kemajuan masyarakat. Tidak mengherankan sejak pertemuan umum (disebut kapitel) di Colombia tahun 2006 ditetapkan bahwa program PBB tentang pengentasan kemiskinan yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs) merupakan bagian integral dari misi Ordo Dominikan. Ordo Dominikan ingin terlibat dalam pengentasan kemiskinan yang dicanangkan dunia dan bersama-sama mengharapkan di tahun 2025 tidak ada lagi kemiskinan absolute di tengah masyarakat. Misi yang ditegaskan ini mendorong di Pontianak para Dominikan mencoba ikut terlibat dalam gerakan Ekonomi Kerakyatan yang sudah dimulai banyak pihak, terutama Gereja, yaitu gerakan Credit Union. Para Dominikan terlibat dalam penbentukkan CU BAHTERA yang berkantor di Pontianak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan intelektual yang meliputi pendidikan terutama pendidikan tinggi. Selain mengenai pendidikannya dibutuhkan juga institusi yang sungguh-sungguh untuk riset. Maka Ordo Dominikan mencoba juga mengembangkan pusat studi dan riset di beberapa tempat. Dalam hal pendidikan intelektual salah satu hal yang mendapatkan penekanan penting adalah studi dan riset mengenai Teologi serta Dialog Kristen-Islam. Khusus mengenai dialog Kristen-Islam hal ini mendapatkan penekanan dalam 10 tahun terakhir. Ordo Dominikan memasuki dialog dengan Islam sejak abad XIII di mana pimpinan umum saat ini Humbertus dari Roma menuliskan surat kepada anggota untuk studi bahasa Arab. Diyakini oleh Ordo Dominikan kedua agama besar Kristen dan Islam mempunyai kontribusi yang berarti banyak bagi dunia apabila keduanya bisa hidup berdampingan dengan damai. Tidak mengherankan di Pontianak sejak awal masuknya Ordo Dominikan di Indonesia didirikanlah Center for Research and Inter-Religious Dialogue (CRID) guna mewujudkan di tingkat lokal usaha dialog tersebut. Selain itu bekerjasama dengan UIN Syarief Hidayatullan Ciputat Tangerang, Ordo Dominikan terus menggalang semangat dialog.
Misi pewartaan Injil sebenarnya merupakan inti dari Gereja karena semua anggota Gereja bersifat missioner dan dipanggil dalam pewartaan Injil. Hal ini juga sama merupakan panggilan Ordo Dominikan. Pewartaan Injil dewasa ini bukan hanya soal membuat orang menjadi Kristen tetapi terlebih bagaimana berdialog dengan situasi baru sekarang yang bisa mendukung pewartaan Injil dan juga kepada daerah yang dahulunya Kristen sekarang menjadi sekuler seperti Eropa. Tidak mengherankan di tahun 2000 atas amanat Pimpinan Umum didirikanlah 4 pusat studi dan riset Eropa Bersatu (Brussel-Belgia, Berlin-Jerman, Roma-Italia dan Starssbourg- Perancis) yang intinya mengkaji implikasi etis dan religious Eropa Bersatu yang kiranya bisa menjadi kajian dalam mewartakan Injil.
Para anggota Dominikan tersebar di banyak Negara (lebih dari 80 negara) dan Ordo Dominikan sendiri terikat dalam keluarga besar Ordo Dominikan mempunyai 4 cabang utamanya yaitu para putera (Imam dan Bruder), para suster ribuah, para suster aktif dan awam. Di Indonesia sendiri sekarang ada dua komunitas pria Ordo Dominikan yaitu di Pontianak dan Surabaya. Di Pontianak para pria Dominikan membantu dalam pendidikan calon imam di STT Pastor Bonus dan pendidikan imam di Seminari Tinggi Antonino Ventigmilia. Selain itu mereka terlibat di dalam karya dialog di CRID serta pelayanan pastoral Mahasiswa katolik saat ini. Sedangkan para pria Ordo Dominikan di Surabaya menangani paroki untuk orang asing serta paroki Redemptoris Mundi serta membantu pembangunan Fakultas Filsafat dan Teologi di Surabaya. Untuk awam ordo Dominikan yaitu kaum awam yang tertarik menghidupi semangat dan spiritualitas hidup Ordo Dominikan tetap sebagai awam dan terlibat dalam karya pewartaan Ordo Dominikan berada di Pontianak, Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta (kerjasama dengan Suster OP Indonesia). Di Pontianak sendiri sudah ada 12 anggota awam Ordo Dominikan yang berkaul.
Sebenarnya spiritualitas Ordo Dominikan dapat digambarkan secara sederhana dalam apa yang disebut empat (4) pilar yaitu hidup doa, hidup bersama sebagai saudara, karya kerasulan pewartaan dan studi. Sejak awal Dominikus yakin bahwa perlu membentuk sebuah kelompok yang selalu siap untuk karya pewartaan menurut pola para Rasul yang hidup bersama di sekitar Yesus. Selain itu Dominikus yakin bahwa studi yang mendalam secara langsung mengenai iman dan moral Kristen serta hal-hal yang mendukung karya pewartaan sangatlah penting.
JIKA ANDA TERTARIK UNTUK MENGENAL LEBIH DALAM ORDO PEWARTA (ORDO DOMINIKAN) SILAHKAN HUBUNGI:
PONTIANAK
Suster Glency OP dan Sr. Benedikta OP (Palapa IIIC/1 Pontianak-Kalbar)
Bapak F. Edy OP AWAM (E-mail : edyfransiskus@yahoo.com)
JAWA:
Sr. Elisabet OP (+6181514319151)
Bapak THEO OP AWAM (+62818109885)
yang menarik bagi saya adalah tradisi belajar terus itu...semoga ordo Dominikan baik awam maupun imamnya terbuka pada riset-riest baru seputar kemanusiaan. Salam!
BalasHapusSaya berminat menjadi imam OP
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusOrdo ke-3 St. Dominikan di daerah Bandung, alamatnya di mana ya admin?
BalasHapusTrmksh.
Jalan Baros no 109 Cimahi
HapusMin..bisa minta brosur tentang formasi panggilan untuk calon imam Dominikan..Trimakasih
BalasHapusApakah ordo dominikan sudah buka pendaftarannya?
BalasHapusApakah Boleh minta nomor dari romo atau bruder yang ada?
BalasHapus